Assalamu'alaikum...
Hai gaes, akhirnya tibalah kita di
waktu pemostingan tugas UAS aku berupa feature news yang udah melalui berbagai
tahapan yang cukup panjang dan menguras pikiran.
Pertama, terimakasih banyak untuk Bu
Artika selaku dosen pengampu mata kuliah jurnalistik PGMI 2C yang selama ini
telah membimbing kami dengan penuh kesabaran dan selalu berbagi pengalaman
serta pengetahuan beliau dengan kami, hingga kami dapat menyelesaikan
tugas-tugas yang beliau berikan dengan baik. Kami juga mohon maaf apabila
selama ini kami banyak melakukan kesalahan dan merepotkan Bu Artika. Semoga
kelak kami juga bisa menjadi seorang jurnalis yang berprestasi seperti Bu
Artika. Dan semoga Bu Artika selalu diberi kelancaran oleh Allah dalam
melanjutkan pendidikan di luar negeri. Aamiin..
Untuk teman-teman semua, terimakasih
karena kalian udah nyempetin waktu buat berkunjung ke blog aku. Semoga apa yang
aku share selama ini bisa bermanfaat buat kalian semua. Dan walaupun mata
kuliah jurnalistikku udah berakhir, aku bakal tetep nerusin blog ini untuk
sharing hal-hal lainnya yang pasti juga bermanfaat. Jadi jangan pernah bosen
buat mampir di sini ya gaes dan tunggu postingan-postingan aku selanjutnya.
Oke berikut adalah hasil feature
news yang aku buat. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa :)
Wassalamu'alaikum...
Tak Kaya Bukan Berarti Tak Berprestasi
SIDOARJO – Terlahir dalam keluarga yang kurang mampu tidak membuat Muhammad
Abi Maulana, seorang siswa kelas 5 sekolah dasar, menyerah pada kehidupan. Ia
justru ikut ambil bagian dalam pekerjaan kedua orangtuanya. Anak berusia 12
tahun tersebut terlahir dari pasangan Siti Mariani, seorang ibu rumah tangga
yang membuka usaha dagang kecil-kecilan di rumah dan Agus Wahyudi, seorang
pengangkut sampah yang berkeliling dari rumah ke rumah. Walaupun disibukkan
dengan membantu kedua orangtuanya, Abi tetap tidak memberikan cela sedikitpun untuk
tidak berprestasi di sekolah.
Selain mengaji dan belajar, kegiatan Abi selama di rumah adalah
membantu kedua orangtuanya. “Biasanya bantu ngirim LPG kalau ada orang order,”
kata Abi kemarin (3/6). Selain itu, biasanya setiap satu minggu sekali ia
selalu membantu ayahnya menyetorkan sampah yang sebelumnya telah dipilah-pilah
oleh ibu dan neneknya. Dan dengan senang hati ia melakukan semua itu. “Soalnya
jarang main keluar, habis sekolah ya di rumah, jadi seneng kalau bantu bisa sambil
main juga”, tuturnya.
Bahkan ketika bulan puasa, Abi membantu ibunya berjualan mie instan
dan jajan mulai dari habis maghrib hingga waktu sahur tiba. Ia baru akan tidur setelah
shubuh. “Waktu sekolah ya tetep jualan sampai sahur, paginya juga tetep
sekolah,” terang sang nenek Asmenik (57). Abi bertugas untuk menjaga dagangan
dan melayani pembeli, namun untuk urusan memasak mie instan dilakukan oleh neneknya.
Biasanya Abi juga membantu ayahnya untuk mengangkat karung-karung sampah dan barang-barang
dagangan seperti galon dan LPG masuk ke dalam rumah ketika ayahnya pulang dari mengangkut
sampah atau membeli barang dagangan baru.
Prestasi siswa SDN Larangan tersebut terus berlanjut. Kini, Abi berhasil
meraih peringkat pertama kembali di kelas. Posisi dimana selalu ia duduki sejak
kelas 1. Dan ia tak memberikan
kesempatan sedikitpun pada siswa lainnya untuk merebut posisinya tersebut.
Selain itu, pada akhir tahun 2014, ia berhasil meraih juara 1 pada
lomba menghafal asmaul husna dengan artinya yang diselenggarakan oleh SDN
Larangan. Ia juga pernah keluar sebagai juara 3 tingkat kecamatan pada lomba
3M. Adapun lomba-lomba lain yang pernah ia ikuti diantaranya ada lomba
pildacil, MIPA, sepak bola, skak, banjari, dan drumband.
Sejak kecil, Abi selalu mempelajari semuanya sendiri. Orang tuanya
hanya sebagai pembimbing yang membenarkan apabila ada kesalahan dalam
pemahamannya. “Nggak ada metode khusus, yang penting itu membaca”, tutur sang
ibu Siti Mariani (41). “Nggak perlu lama-lama, cukup 1 sampai 2 jam, kalau
terlalu lama nanti bosan”, tambahnya. Abi sendiri sangat suka membaca, terutama
jika bacaannya itu seputar ilmu pengetahuan sosial.
Selain itu, Abi adalah anak yang cukup aktif tidak hanya di rumah
tapi juga di sekolah. Terbukti dengan banyaknya kegiatan ekstrakulikuler yang
ia ikuti. Diantaranya seperti jurnalis, UKS, pramuka, diniah, banjari, drumband,
satgas, hingga duta lingkungan hidup. Bahkan ia juga mengikuti kegiatan pencak
silat di luar sekolah. Ia pun tak ragu untuk datang pada acara kenduren di
kampungnya.
Sadar akan keadaan yang orangtuanya hadapi, tak lekas membuat Abi selalu
mengeluh. Ia justru menjadi anak yang sangat kuat dan mandiri. Sering kali ia
hanya bisa makan nasi dengan sayur tanpa adanya lauk, namun itu tak menjadi
masalah baginya. “Yang penting bisa makan, perut kenyang,” tutur anak yang
tinggal di Desa Kwadengan tersebut.
Bahkan untuk pergi ke sekolah, ia harus menempuh jarak kurang lebih sejauh 3 km hanya
dengan mengendarai sepeda mungilnya. Dan terkadang jika sepedanya rusak, ia tak ragu untuk
menggunakan sepeda ibunya yang lebih besar dari ukuran tubuhnya.
Namun, Abi mengaku bahwa ia sama sekali tidak merasa malu dengan
keadaannya tersebut. Ia juga tidak takut dibully oleh teman-temannya karena
pekerjaan orangtuanya. Ia hanya ingin kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang
layak dan bisa mengangkat derajat kedua orangtuanya. Itulah yang membuat ia
selalu termotivasi untuk terus belajar dan meraih prestasi di sekolah. “Yang
penting belajar, masalah hasil nanti akhir-akhir,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar