Minggu, 24 Juni 2018

Feature News For Final Exam

Assalamu'alaikum...

Hai gaes, akhirnya tibalah kita di waktu pemostingan tugas UAS aku berupa feature news yang udah melalui berbagai tahapan yang cukup panjang dan menguras pikiran.

Pertama, terimakasih banyak untuk Bu Artika selaku dosen pengampu mata kuliah jurnalistik PGMI 2C yang selama ini telah membimbing kami dengan penuh kesabaran dan selalu berbagi pengalaman serta pengetahuan beliau dengan kami, hingga kami dapat menyelesaikan tugas-tugas yang beliau berikan dengan baik. Kami juga mohon maaf apabila selama ini kami banyak melakukan kesalahan dan merepotkan Bu Artika. Semoga kelak kami juga bisa menjadi seorang jurnalis yang berprestasi seperti Bu Artika. Dan semoga Bu Artika selalu diberi kelancaran oleh Allah dalam melanjutkan pendidikan di luar negeri. Aamiin..

Untuk teman-teman semua, terimakasih karena kalian udah nyempetin waktu buat berkunjung ke blog aku. Semoga apa yang aku share selama ini bisa bermanfaat buat kalian semua. Dan walaupun mata kuliah jurnalistikku udah berakhir, aku bakal tetep nerusin blog ini untuk sharing hal-hal lainnya yang pasti juga bermanfaat. Jadi jangan pernah bosen buat mampir di sini ya gaes dan tunggu postingan-postingan aku selanjutnya.

Oke berikut adalah hasil feature news yang aku buat. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa :)

Wassalamu'alaikum...


Tak Kaya Bukan Berarti Tak Berprestasi

Muhammad Abi Maulana
Foto diambil pada 3 Juni 2018
(Dokumen pribadi penulis)

SIDOARJO – Terlahir dalam keluarga yang kurang mampu tidak membuat Muhammad Abi Maulana, seorang siswa kelas 5 sekolah dasar, menyerah pada kehidupan. Ia justru ikut ambil bagian dalam pekerjaan kedua orangtuanya. Anak berusia 12 tahun tersebut terlahir dari pasangan Siti Mariani, seorang ibu rumah tangga yang membuka usaha dagang kecil-kecilan di rumah dan Agus Wahyudi, seorang pengangkut sampah yang berkeliling dari rumah ke rumah. Walaupun disibukkan dengan membantu kedua orangtuanya, Abi tetap tidak memberikan cela sedikitpun untuk tidak berprestasi di sekolah.

Selain mengaji dan belajar, kegiatan Abi selama di rumah adalah membantu kedua orangtuanya. “Biasanya bantu ngirim LPG kalau ada orang order,” kata Abi kemarin (3/6). Selain itu, biasanya setiap satu minggu sekali ia selalu membantu ayahnya menyetorkan sampah yang sebelumnya telah dipilah-pilah oleh ibu dan neneknya. Dan dengan senang hati ia melakukan semua itu. “Soalnya jarang main keluar, habis sekolah ya di rumah, jadi seneng kalau bantu bisa sambil main juga”, tuturnya.

Bahkan ketika bulan puasa, Abi membantu ibunya berjualan mie instan dan jajan mulai dari habis maghrib hingga waktu sahur tiba. Ia baru akan tidur setelah shubuh. “Waktu sekolah ya tetep jualan sampai sahur, paginya juga tetep sekolah,” terang sang nenek Asmenik (57). Abi bertugas untuk menjaga dagangan dan melayani pembeli, namun untuk urusan memasak mie instan dilakukan oleh neneknya. Biasanya Abi juga membantu ayahnya untuk mengangkat karung-karung sampah dan barang-barang dagangan seperti galon dan LPG masuk ke dalam rumah ketika ayahnya pulang dari mengangkut sampah atau membeli barang dagangan baru.

Prestasi siswa SDN Larangan tersebut terus berlanjut. Kini, Abi berhasil meraih peringkat pertama kembali di kelas. Posisi dimana selalu ia duduki sejak kelas 1.  Dan ia tak memberikan kesempatan sedikitpun pada siswa lainnya untuk merebut posisinya tersebut. 

Selain itu, pada akhir tahun 2014, ia berhasil meraih juara 1 pada lomba menghafal asmaul husna dengan artinya yang diselenggarakan oleh SDN Larangan. Ia juga pernah keluar sebagai juara 3 tingkat kecamatan pada lomba 3M. Adapun lomba-lomba lain yang pernah ia ikuti diantaranya ada lomba pildacil, MIPA, sepak bola, skak, banjari, dan drumband.

Muhammad Abi Maulana (kanan) bersama salah seorang gurunya.
Penyerahan piala juara 1 lomba menghafal asmaul husna dengan artinya tingkat SDN Larangan pada 11 November 2014.
(Dokumen pribadi narasumber)

Sejak kecil, Abi selalu mempelajari semuanya sendiri. Orang tuanya hanya sebagai pembimbing yang membenarkan apabila ada kesalahan dalam pemahamannya. “Nggak ada metode khusus, yang penting itu membaca”, tutur sang ibu Siti Mariani (41). “Nggak perlu lama-lama, cukup 1 sampai 2 jam, kalau terlalu lama nanti bosan”, tambahnya. Abi sendiri sangat suka membaca, terutama jika bacaannya itu seputar ilmu pengetahuan sosial.

Selain itu, Abi adalah anak yang cukup aktif tidak hanya di rumah tapi juga di sekolah. Terbukti dengan banyaknya kegiatan ekstrakulikuler yang ia ikuti. Diantaranya seperti jurnalis, UKS, pramuka, diniah, banjari, drumband, satgas, hingga duta lingkungan hidup. Bahkan ia juga mengikuti kegiatan pencak silat di luar sekolah. Ia pun tak ragu untuk datang pada acara kenduren di kampungnya.

Sadar akan keadaan yang orangtuanya hadapi, tak lekas membuat Abi selalu mengeluh. Ia justru menjadi anak yang sangat kuat dan mandiri. Sering kali ia hanya bisa makan nasi dengan sayur tanpa adanya lauk, namun itu tak menjadi masalah baginya. “Yang penting bisa makan, perut kenyang,” tutur anak yang tinggal di Desa Kwadengan tersebut. 

Bahkan untuk pergi ke sekolah, ia harus menempuh jarak kurang lebih sejauh 3 km hanya dengan mengendarai sepeda mungilnya. Dan terkadang jika sepedanya rusak, ia tak ragu untuk menggunakan sepeda ibunya yang lebih besar dari ukuran tubuhnya.

Namun, Abi mengaku bahwa ia sama sekali tidak merasa malu dengan keadaannya tersebut. Ia juga tidak takut dibully oleh teman-temannya karena pekerjaan orangtuanya. Ia hanya ingin kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa mengangkat derajat kedua orangtuanya. Itulah yang membuat ia selalu termotivasi untuk terus belajar dan meraih prestasi di sekolah. “Yang penting belajar, masalah hasil nanti akhir-akhir,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Metode efektif untuk melatih kedisiplinan anak dalam menjalankan ibadah sholat

Bunda merasa kesulitan membiasakan anak untuk mengerjakan sholat 5 waktu? Udah pake berbagai cara tapi anak tetep lalai dalam sholatnya? Mun...